Sunday, October 16, 2005

---eve

semuanya telah aku lipat dalam lemari katakata
--eve…

perempuan, telah aku selesaikan puisiku malam ini
seperti permintaanmu kepadaku
saat rinai gerimis membasahi bumi
perempuan, senyummu selayaknya mengerti
betapa resahku selalu menunggu setiap malam
setelah puisi terakhir ini selesai aku kirimkan
saat itu senyummu tak lagi singgah di harihariku
perempuan, mengapa tanyamu selalu saja membawaku kepada cerita cinta yang ituitu saja:
tiada makna aku menjawab keluhkesah senyummu
perempuan, jangan lagi senyum itu mengikat bayangbayangku dalam dekapan kesepian yang entah sudah berapa kali aku mengisahkannya
kepada angin
kepada langit
kepada rembulan
kepada bintanggemintang
perempuan, berilah sepenggal kisah senyummu
agar aku tiada bermimpi merangkai senyum di musim semi saat daundaun berguguran di teras kamarku

semuanya telah aku lipat dalam lemari katakata
aku sudah tak mampu menuangkan gemuruh seperti amarah masa lalu
engkau pun begitu eve …
dengan lembut desahanmu masih terngiang di telingaku
seperti bertanya di mimpi aku sudah terbiasa dengan semua kelembutan yang selalu kau tawarkan sepekan kemarin
saat itu jantungku sudah tak mampu menahan titiktitik nadir
dalam labirin selalu menjadi kegelapan aku memuja senyummu

w63, 2005
(Riau Pos Februari 2005)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home